Sunday, February 22, 2009

Bukan Maskara lagi, sekarang Lipgloss

Yah, mungkin bagi sebagian orang menganggap saya terlalu cepat menyerah ketika memutuskan untuk berhenti menulis. Sebenarnya bukan menyerah, saya masih menulis, tapi yang rada ringan ajjah. Masih kesal dengan hilangnya pre-novel 177 halaman + 43 cerpen saya itu. Setiap pengen nulis rasa kesal itu balik lagi, ya sudahlah, saya juga tidak bisa menulis kalo lagi kesal. Kebanyakan konsep tulisan saya masih saya simpan, tapi yah, cuma jadi draft saja. Jadi ingat masa2 kejayaan waktu sma, dimana beberapa naskah saya berhasil menembus beberapa sekolah untuk dijadikan persembahan pada prom nite, dimana saat cerpen2 saya laku di beberapa majalah remaja di Indonesia, atau pada saat puisi2 konyol dan tidak normal saya berubah menjadi lirik lagu untuk band sekolah. Ah, rasanya ingin kembali saja, tapi jika mengingat betapa "su**s" dunia sekolah, mending saya tidak kembali. Saya merasa bakat itu sudah hilang, saya merasa tidak punya kemampuan menulis karya2 bagus lagi, bahkan saya merasa bakat2 saya perlahan menghilang. Dulu jo ng-Mc dimana-mana, itu sudah biasa, sekarang bicara depan satu kelompok orangpun saya gugup. Dulu suka ikut pementasan, bahkan sempat menyutradarai satu naskah, sekarang naik panggungpun rasanya mual.

Ada apa dengan saya? apa sekarang saya sedang merasa krisis diri? seperti sebuah lipgloss mahal, yang kadaluarsa dan tidak berguna??

Bantu Saya donk

Friday, February 20, 2009

Antara Aku, Tulisanku, dan maskaraku

"Maaf mbak, ini ada yang jatuh", sebuah suara dari seseorang yang sepertinya pernah kudengar. Tanpa ragu2 saya menoleh ke belakang, sebuah tangan berkulit putih dengar jari2 yang besar, terlihat menyodorkan maskaraku. Tiba2 dia tertawa "Yaelah, kau Makino? harusnya se ingat dari merk maskaramu, dari SMA kan pake merk ini", Katanya dengan suara yang sangat renyah. "Miki? Hai? Kuliah dimana sekarang", tanyaku sambil tersenyum. "Jauh neng, di Bandung, sukur ketemu disini, kalu enggak, susah ketemunya kita, thx to Maskaramu, hehehehe", tawa yang cantik, yang selalu kurindukan. "Gimana novel yang dulu? udah jadi? kan dah 3 tahunan lewat, dulu juga janjinya saya bakal jadi orang pertama yang baca hasilnya, iya toh?", katanya. Deg, jantungku serasa mau copot, dan akhirnya pertemuan sama dia, jadi kacau, saya lebih banyak diam karena pikiran lagi main2 ke masa lalu.
Sepertinya sahabatku ini tidak tau, bahwa aku tidak menulis lagi, novel fiksi itu tidak pernah selesai, stuck di halaman 177. Sejak kejadian itu, aku malas menulis lagi, palingan hanya tulisan ringan, sekedar mengisi blog. Tulisan fiksi tak lagi kubuat. Saya sudah kehilangan semangat dan gairah untuk itu. Walaupun kisah "Berhentinya seorang Makino Aya menulis" bukan kisah yang tragis, tapi saya sudah keburu kesal.

2006, ulang tahun ke 18, ayahku menghadiah satu set komputer baru, CPU keren, dengan monitor layar datar, impianq, tapi sebagai gantinya CPU jadulku di ambil, maklum lah, tukar tambah. Semua data dan tulisan2 yang menurutku suatu keajaiban yang bisa membuatku menulis cerpen ataupun novel fiksi sarat khayalan dan teka teki. Aku meminta semua dataku terutama tulisan2q di back-up. "Iya, nanti saya back up kan, sekarang saya bawa cpunya dlu, sudah parah banget sih", kata si penjual. saya ok-kan saja. Lama kelaman saya terus meminta data penting itu, slalu dikatakan bahwa cpu itu ada di tangan temannya, puncaknya saat dia bilang "aduh datanya udah kehapus mbak". Sedih, marah, gak tau mau ngapain, sejak saat itulah, saya berhenti menulis, sepertinya saya sudah capek, tidak ada motivasi lagi.

Itu dulu deh, mulai kesal nih